![]() |
Berfoto Setelah Bermain | Dok. Pribadi |
Lama
tidak bercerita, kali ini saya hendak membagi cerita yang menurut
saya agak lucu. Jadi tiap hari minggu, kami penerima beasiswa LPDP UI
memiliki agenda rutin bermain futsal di Jl. Margonda, saya sendiri
kurang tahu kenapa teman-teman di LPDP UI yang semuanya adalah
angkatan sebelumnya lebih memilih bermain di luar kampus dan
membayar, padahal di dalam kampus banyak fasilitas lapangan futsal
yang bahkan tersedia hampir di tiap fakultas.
Singkat
cerita, beberapa minggu ini kami bermain melawan tim Jepang, mereka
adalah mahasiswa 'student exchange' yang
menempuh studi satu semester di UI, saya sempat mengobrol dengan
salah satu diantara mereka yang bernama Kota, dari situ saya tahu
jika mereka berasal dari Saitama. Saya tidak begitu tahu banyak
tentang Saitama untuk bisa menjadi improvisasi dalam percakapan
tersebut, untungnya saya mengingat bahwa Saitama juga adalah sebuah
nama stadion sepakbola yang sering muncul di tiap permainan PES yang
sering saya mainkan.
Berbincang
dengan 'teman-teman Jepang' ini sejujurnya agak sulit, karena mereka
tidak menguasai bahasa Inggris dengan baik, bahkan penguasaan bahasa
Indonesia mereka jauh lebih baik dari bahasa Inggris. Suatu ketika,
saya diminta oleh teman-teman LPDP UI untuk mengajak mereka
bertanding, karena saya satu-satunya yang memiliki kontak
'teman-teman Jepang' itu. Saya kirimkan sebuah pesan teks dalam
bahasa Inggris tetapi malah dijawab dalam bahasa Indonesia.
Bertanding
dengan orang Jepang ini, menurut teman-teman LPDP UI sangatlah
menyenangkan, kenapa menyenangkan? Karena kita bisa mencetak
berapapun gol yang kita inginkan, kapan lagi coba menang telak lawan
'Jepang'!?. Eh, tunggu dulu, bukan karena tim Jepangnya yang lemah,
tapi karena jatah pergantian pemain kita yang lebih banyak dari
mereka. Mereka juga tidak mau diganti ketika bermain, jiwa
petarungnya tinggi. Yaa, walaupun konyol kalau kemasukan begitu
banyak gol. Haha..
![]() |
Pertandingan Sebelumnya | Dok. Pribadi |
Lalu
di mana peristiwa lucu seperti yang saya bilang di awal? Nah, setelah
selesai bermain, kita patungan nih buat sewa lapangan futsalnya.
Setelah dihitung-hitung, maka diputuskanlah jika tim LPDP UI membayar
Rp. 65 K sedangkan tim Jepang membayar dengan jumlah yang sama. Butuh
waktu yang sangat lama untuk membuat mereka paham, mereka tidak paham
bahasa Inggris, kami coba jelaskan dalam bahasa Indonesia pun tidak
dimengerti.
Ternyata
tim Jepang ini terbiasa patungan perorangan, jadi mereka pikir bahwa
setiap dari mereka harus membayar sebesar Rp. 64 K. Mereka terlihat
kebingungan, mungkin di pikiran mereka; "ini kok bayarannya jadi
besar begini yaak!?" Lalu mereka saling melempar pandang.
Akhirnya saya pun melihat mereka mulai saling meminjam uang rupiah,
raut wajah mereka terlihat panik karena masing-masing mereka tentu
tidak membawa uang 65 K.
Lumayan
lama tim Jepang ini statis pada problem mereka sebelum akhirnya kami
berinisiatif untuk menggunakan 'Google Translate' ke dalam bahasa
Jepang. "Kalian Bayar Per Grup" begitulah teriak kami ke
hape yang kemudian ditranslasikan mbak-mbak google voice ke dalam
bahasa Jepang yang langsung direspon oleh tim Jepang 'perasaan lega'
karena tidak harus membayar 65 K per orangnya.
Sebelum
menutup cerita, saya ingin menyampaikan bahwa pengalaman menggelitik
ini memberikan pemahaman baru kepada saya bahwa bahkan di Jepang pun,
yang notabene tingkat pendidikan dan industrinya selevel dengan
negara-negara barat, tidak serta-merta membuat penguasaan bahasa
asing oleh warganya berada pada level yang lebih baik, entah karena
mereka lebih menghargai bahasa mereka sendiri sebagai bahasa
pengetahuan ataukah ada faktor yang lain.
0 Komentar